Selasa, 25 Februari 2014

Pengelolaan Usaha



A. Pengertian pengelolaan usaha       
           Pengelolaan usaha adalah mengurus, mengatur kegiatan usaha yang dijalankan  orang – orang atau badan – badan secara teratur dengan bantuan segala  fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.


B. Manfaat dari pengelolaan usaha adalah :
1. Menyiapkan dan menyediakan bermacam – macam barang dan jasa untuk kepentingan konsumen.
2. Mengubah bahan baku menjadi bahan jadi yang sangat berguna untuk kepentingan konsumen.
3. Ikut serta mengurangi pengangguran
4. Ikut serta mengentaskan kemiskinan
5. Meningkatkan kegunaan serta manfaat barang
6. Meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat
7. Memajukan ekonomi bangsa dan negara
8. Mengatasi kesenjangan sosial dalam masyarakat
9. Memberi suatu keuntungan bagi pengelolaan usaha sendiri berupa laba
10. Meningkat pemasukan pajak terhadap negara.


C. Tujuan pengelolaan usaha :
            1. Meningkatkan kepeloporan
            2. Mencari keuntungan atau laba
            3. Membantu sosial masyarakat
            4. Meningkatkan pelayanan.
            5. Meningkatkan kepuasan

D. ruang linkup pengelolaan usaha
Pengertian perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan usaha- usaha membuat rencana, membuat ikhtisar- iktsar lengkap dan terperinci mengenai gala sesuatu yang diperlukan untuk dikerjakan. Adapun cara- cara membuat perencanaan adalah
1. harus rasional 
2. harus faktual
3. harus berkesinambungan
4. harus fleksibel
Dalam pengelolaan usaha perencanaan mempunyai manfaat diantaranya:
a. Sebagai alat pengawasan
b. Sebagai alat pengendalian
c. Sebagai kegiatan usaha dapat dikerjakan secara lebih ekonomis
d.Sebagai kegiatan usaha akan lebih tertib dan teratur
e. Segala kegiatan usaha akan lebih aman dan akan sesuai dengan tahapan- tahapan pekerjaannya
Menurut ruang lingkupnya perencanaan pengelolaan usaha dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1.perencanaan fisik adalah perencanan yang menyangkutpembangunan fisik seperti bangunan gedung.
2.Perencanan fungsional adalah perencanaan yang menyangkut fungsi- fungsi tertentu. Misalnya perencnaan produksi, keuangan dan pemasaran.
3.Perencanaan seluruh aspek adalah mencakup perencanaan fisik dan fungsional baik intern maupun ekstern

Pengertian pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu fungsi manajemen yang dipandang sebagai alat yang dipakai oleh orang- orang atau anggota organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun ciri- ciri pengorganisasian adalah:
a. terdapat sekelompok orang yang saling mengenal
b. dalam organisasi hanya mempunyai satu  tujuan
c. tiap anggota berusaha menyumbangkan pikiran dan tenaganya
d. mempunyai wewenang dan tanggungjawab
e. saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan


prinsip- prinsip pengorganisasian :
a.adanya penetapan tujuan yang jelas
b. adanya pembagian kerja dan tugas
c.adanya pelimpahan wewenang dan tanggungjawab


manfaat pengorganisasian:
1.mempertegas hubungan anatara anggota yang satu dengan yang lainnya
2.sebagai pedoman pelaksanaan yang baik
3.setiap anggota organisasi dapat mengetahui dan tugasnya
4.akan terciptanya pola hubungan yang baik antar anngota organisasi
5.adanya pendelegasian wewenang secara tegas
6.adanya rentangan kekuasaan dan pengawasan
7.adanya tingkat kekuatan dan koordinasai


Pengerakan adalah menggerakkanorang atau pegawai untuk mau bekerja dengan penuh kesadaran untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan yang telah disiapkan oleh perencanaan dan pengorganisasian.
Adapun prinsip- prinsip penggerakan yaitu:
  • memperlakukan manusia dengan sebaik- baiknya
  • memberikan dorongan untuk mengembangakan potensi dirinya 
  • menghargai hasil pkerjaan yang baik para pegawai 
  • mendorong pertumbuhan dan perkembangan para pegawai 
  • mengusahakan keadilan tanpa pilih kasih terhadap para pegawai 
  • memberikan kesempatan yang tepat dan banuan yang cukup kepada para pegawai.


Sasaran dan tujuan penggerakan adalah untuk mendapatkan ketaatan, kepatuhan dan kesediaan orang-orang untuk menyelesaikan tugas pekerjaan dengan sebaik- baiknya. Adapun tujuan daripada menggerakan  adlah agar supaya manajeman usaha tu berhasil seefektif dan efisien.


Pengawasan adalah pengukuran dan pengoreksian semua tindakan – tindakan yang dilakukan para pegawai untuk menjamin tercapainya tujuan yang telag ditetapkan sebelumnya.


Adapun langkah – langkah yang diperlukan dalam menjalankan pengawasan pada pengelolaan usaha adalah
  1. Penentuan apa yang akan dicapai dalam organisasi pengelolaan usaha. 
  2. Memperbaiki tindakan – tindakan yang tidak sesuai dengan standar kerja. 
  3. Apabila diketemukan adanya penyimpangan – penyimpangan di dalam pengelolaan usaha, maka diperlukan adanya tindakan – tindakan perbikan.


Dengan adanya fungsi pengawasan, maka diadakan tindakan – tindakan perbaikan berupa :
1.       Perbaikan metode – metode di dalam bekerja
2.       Perbaikan susunan tenaga kerja   
3.       Perbaikan dalam standar kerja
4.       Perbaikan di dalam perintah dan instruksi
5.       Perbaikan di dalam kbijakan pengelolaan usaha.


Macam – macam Pengawasan :
1.       Pengawasan berdasarkan objeknya
2.       Pengawasan berdasarkan subjeknya
3.       Pengawasan berdasarkan waktunya.

Senin, 24 Februari 2014

Tips Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

     1.Cara Mengobati Jerawat Dengan Putih Telur
Caranya yaitu, pisahkan kuning telur dan ambil putih telurnya saja. Kocok sebentar lalu oleskan ke wajah dan diamkan selama 15 menit. Putih telur ini akan membantu mengurangi minyak di wajah yang seringkali menyebabkan timbulnya jerawat. 
     2.Cara Mengobati Jerawat Dengan Pasta Gigi
Satu hal yang perlu diingat disini pasta gigi yang digunakan adalah yang bentuknya pasta(seperti Pepsodent) bukan yang bentuknya gel(seperti Close Up). Caranya hampir sama denga kedua cara di atas. Oleskan pasta gigi ke jerawat dan bagian lain di sekitar jerawat tersebut sebelum tidur. Biarkan semalaman/sampai pagi kemudian bilas dengan air bersih.
      3.Cara Mengobati Jerawat Dengan Tomat
Buah yang satu ini selain bagus untuk kesehatan mata juga cukup efektif menghilangkan komedo hitam(blackheads). Yang pertama harus dilakukan adalah mengiris tomat menjadi dua lalu oleskan ke seluruh wajah yang berjerawat dan biarkan selama 15 menit – 1 jam kemudian bilas. dan makanlah untuk perawatan dari dalam.
      4.Cara Mengobati Jerawat Dengan Lidah Buaya
 Perhatian jangan gunakan lidah yang asli dari mulut buaya, he,, Ambil satu daun lidah buaya, potong beberapa bagian, kelupas kulit luarnya, oleskan di bagian yang muncul jerawat, dan ulangi melakukan cara ini tiap pagi dan sore. Jika kalian cukup telaten, jerawat mungkin akan dapat mongering dan mengelupas selama 3 hari. Selain itu lidah buaya juga mampu menghilangkan bekas jerawat yang membandel. Sekali lagi kuncinya hanya satu, telaten.!!
      5.Cara Mengobati Jerawat Dengan Bawang Putih
Ada dua pilihan dalam menggunakan bawang putih untuk menghilangkan jerawat. Pertama dengan menumbuk dua atau lebih bawang putih hingga cukup halus lalu dioleskan ke bagian wajah yang berjerawat. Diamkan selama 10 menit lalu bilas. Sedangkan cara kedua adalah dengan memakan satu atau lebih bawang putih setiap hari.
Banyak yang mengatakan kedua cara ini cukup efekktif, namun bagi kalian yang tidak menyukai bau bawang putih mungkin lebih baik menempuh cara yang lain. Jangan khawatir masih banyak cara alami lainnya yang akan saya jelaskan di bawah ini.
      6.Cara Mengobati Jerawat Dengan Selalu Bersihkan Wajah
Selalu rawat kebersihan wajah setiap hari dari kotoran dan debu dijalan. Untuk kita yang selalu aktif dan berurusan dengan debu dijalan, maka rajin-rajinlah membersihkan muka sebelum atau sesudah beraktifitas. Sebagai konsumsi dari dalam, maka perbanyaklah makan sayuran dan minum air putih. Buat yang gak suka sayur.!, maka buah yang mengandung air dapat menjadi alternatif dalam merawat wajah dari dalam. Karena kandungan yang terdapat dalam buah dan sayuran sangat diyakini bisa menjadikan wajah kita lebih bersih dan berseri.

Senin, 03 Februari 2014

Kehidupan Politik dan Pemerintahan Kerajaan Majapahit



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang.
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Menurut cerita, nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang rasanya pahit. Ketika orang-orang Madura bersama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menemukan sebuah pohon maja yang berbuah pahit. Padahal, rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu, mereka menamakan pemukiman yang baru mereka bangun itu sebagai Majapahit.
Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan nasional Indonesia yang kedua. Hal tersebut disebabkan oleh upaya yang besar dari kerajaan ini untuk mewujudkan suatu cita-cita yaitu penyatuan Nusantara. Dalam perjalanan Sejarah, upaya integrasi wilayah kepulauan Nusantara memang tidak sepenuhnya berlangsung dengan mulus dan dilakukakan dengan cara Ksatria. Peristiwa bubat yang disusul dengan perpecahan internal di dalam tubuh Majapahit sendiri menyebabkan cita-cita penyatuan tidak sepenuhnya dapat dilakukan. Meskipun demikian pada awalnya, Majapahit merupakan kerajaan yang mempunyai wibawa dan kekuatan yang besar, sehingga kerajaan lain harus berpikir ratusan kali untuk membelot atau memberontak terhadap kekuasaan yang ada.
Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. Setelah itu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit (1293) dan menobatkan dirinya dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

B.     Rumusan Masalah.
1. Bagaimana keadaan kehidupan politik pemerintahan pada masa Kerajaan  Majapahit?
2. Bagaimana keadaan kehidupan sosial dan kemasyarakatan pada masa Kerajaan Majapahit?
3. Bagaimana keadaan ekonomi dan mata pencaharian pada masa Kerajaan Majapahit?
4. Bagaimana kehidupan religi dan sosial budaya pada masa Kerajaan Majapahit?
5. Apakah yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Majapahit?

C.     Tujuan.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah selain sebagai bahan untuk memperoleh nilai, juga sebagai bahan untuk memberi tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan religi pada masa Kerajaan Majapahit.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kehidupan Politik dan Pemerintahan.
1)     Raden Wijaya.
Berdirinya Kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan runtuhnya Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari runtuh setelah salah satu raja vasalnya yaitu Jayakatwang mengadakan pemberontakan. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singasari terakhir yaitu Kertanegara. Raden Wijaya beserta istri dan pengikutnya dapat meloloskan diri ketika Singasari diserang Jayakatwang. Raden Wijaya meloloskan diri dan pergi ke Madura untuk menemui dan meminta perlindungan Bupati Sumenep dari Madura yaitu Aryawiraraja. Berkat Aryawiraraja juga, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang, bahkan Raden Wijaya sendiri diberi tanah di hutan Tarik dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu dijadikan sebagai tempat berdirinya kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan di Majapahit dan mencari saat yang tepat untuk menyerang balik Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan kekuatan dari raja-raja yang masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang pada Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang akhirnya muncul setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanegara. Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan cara memperalat mereka untuk menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya bersama-sama dengan pasukan Kubhilai Khan berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang. Begitu pula Jayakatwang berhasil ditangkap dan lalu dibunuh oleh pasukan Kubhilai Khan.
Setelah Jayakatwang terbunuh, lalu Raden Wijaya melakukan serangan balik terhadap pasukan Kubhilai Khan. Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan Kubhilai Khan, sehingga mereka terpaksa menyelamatkan diri keluar Jawa. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit pada tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang putra yang bernama Jayanegara. Sedangkan dari Gayatri, ia mempunyai dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.
Para pengikut Raden Wijaya yang setia dan berjasa dalam mendirikan kerajaan Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ada saja yang tidak puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini menimbulkan pemberontakan di sana-sini. Pada tahun 1309 M, Raden Wijaya meninggal dunia dan didarmakan di Antahpura, dekat Blitar. Setelah Raden Wijaya meninggal dunia, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Jayanegara dengan gelar Sri Jayanegara.

2)     Jayanegera.
Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan ini datang dari Ranggalawe (1309), Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314),  Nambi (1316), dan Kuti (1320).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan Patih di Daha (Kediri).
Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura di Sila Petak dan Bubat. Jayanegara tidak mempunyai putra, maka takhta kerajaan digantikan oleh adik perempuannya yang bernama Tribhuanatunggadewi. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu Wardhani.

3)     Tribhuanatunggadewi
Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit oleh Tribhuanatunggadewi.
Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.
Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka. Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sangat luas, yakni meliputi daerah hampir seluas wilayah Republik Indonesia sekarang.
Tribhuanatunggadewi memerintah selama dua puluh dua tahun. Pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dari pemerintahan dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dan ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.

4)     Hayam Wuruk
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan.
Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan Pajajaran gugur.
Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.
Setelah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Ia adalah menantu Hayam Wuruk yang menikah dengan putrinya yang bernama Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan Majapahit selama dua belas tahun.
Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang memerintah Majapahit setelah Wikramawardhana adalah:
1. Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;
2. Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;
3. Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);
4. Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;
5. Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M);
6. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka (1478 M) dijelaskan dalam Chandra Sengkala yang berbunyi, “Sirna ilang Kertaning-Bhumi” dengan adanya peristiwa perang saudara antara Dyah Ranawijaya dengan Bhre Kahuripan. Selain itu, keruntuhan Majapahit disebabkan karena serangan dari Kerajaan Islam Demak.


B.     Kehidupan Sosial dan Kemasyarakatan.
Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana.
 Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.
Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu: mengajar; belajar; melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup; dan bersatu dengan Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha (Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan). Buddhadyaksa mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi).
Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala, dharma, sima, wihara, dan sebagainya.
Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan keturunan dari kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau sakaparek. Semua anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Pemberian nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.
Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.
Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai pancama (warna kelima), yaitu:
1.       Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya.
2.       Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna kulit, yaitu para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu.
3.       Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan.

Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.


C.     Ekonomi dan Mata Pencaharian.
Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan sebagai negara agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian dan pelayaran.
Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah, dan lain-lain kecuali gandum. Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak.
Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan Bendungan Trailokyapur untuk mengairi daerah hilir.
Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog. Gobog merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya.
Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta-yuan seorang pedagang dari Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.

D.     Kehidupan Religi dan Sosial Budaya.
Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.
Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya Negarakertagama.
Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi-candi. Pada masa Majapahit bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra. Karya seni sastra yang dihasilkan pada masa zaman awal Majapahit, antara lain sebagai berikut:
1.      Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada tahun 1365. Isinya menceritakan hal-hal sebagai berikut:
·        Sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit dengan masa pemerintahannya.
·     Keadaan kota Majapahit dan daerah-daerah kekuasaannya.
·      Kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk ketika berkunjung ke daerah kekuasaannya di Jawa Timur beserta daftar candi-candi yang ada.
1 Kehidupan keagamaan dengan upacara-upacara sakralnya, misalnya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri dan menambah kesaktian raja.
2. Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha.
3. Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi tentang riwayat raja raksasa yang berhasil ditundukkan oleh Raja Arjunasasrabahu.
4. Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna, tidak jelas siapa pengarangnya. Kitab itu berisi kisah raksasa Kunjarakarna yang ingin menjadi manusia, dan pengembaraan Pandawa di hutan karena kalah bermain dadu dengan Kurawa.

Sedangkan, karya seni sastra yang dihasilkan pada zaman akhir Majapahit antara lain, sebagai berikut:
1.Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.
2.Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
3.Kitab Sorandakan, isinya tentang pemberontakan Sora.
4.Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
5.Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai dengan menjadi Raja Majapahit.
6.Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar.
7.Kitab Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Di samping seni sastra, seni bangunan juga berkembang pesat. Bermacam-macam candi didirikan dengan ciri khas Jawa Timur, yaitu dibuat dari bata, misalnya Candi Panataran, Candi Tigawangi, Candi Surawana, Candi Jabung, dan Gapura Bajang Ratu.

E.     Runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan) diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.
Beberapa faktor penyebab kemunduran Majapahit sebagai berikut:
1)     Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
2)     Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan.
3)     Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg (1401 – 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478).
4)     Masuknya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri di Jawa Timur menimbulkan kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Banyak bupati di wilayah pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan Majapahit.







  BAB III 
PENUTUP

A.     Kesimpulan.
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan ini berdiri di hutan Tarik dekat Mojokerto.
Adapun raja-raja yang sempat memerintah di Kerajaan Majapahit antara lain:
1.      Raden Wijaya (1292-1309) M
2.      Jayanegara (1309-1328) M
3.      Tribhuanatunggadewi (1328-1350) M
4.      Hayam Wuruk (1350-1389) M
5.      Wikramawardhana (1389-1429) M
6.      Suhita (1429-1447) M
7.      Kertawijaya (1448-1451) M
8.      Sri Rajasawardhana (1451-1453) M
9.      Girindrawardhana (1456-1466) M
10. Sri Singhawikramawardhana (1466-1474) M
11. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1474-1478) M

Di dalam makalah ini juga dijelaskan tentang beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam kerajaan Majapahit, antara lain:
1.      Aspek politik dan pemerintahan
2.      Aspek sosial dan kemasyarakatan.
3.      Aspek ekonomi dan mata pencaharian
4.      Aspek religi dan sosial budaya